Ibrani 1:4-6
Kristus jauh lebih tinggi, jauh lebih indah dari para malaikat. Pernyataan ini menunjukkan adanya sesuatu yang begitu ditekankan baik di P.L. maupun di P.B., yaitu qualitative difference. Jangan kita mensejajarkan Kristus dengan pendiri-pendiri agama sambil membandingkan mana yang lebih tinggi, mana yang lebih rendah. Karena itu hanya merupakan pengertian quantitative difference, padahal perbedaan Kristus dengan semua pendiri agama adalah qualitative difference. Dia memiliki substansi, kualitas, kualifikasi yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan manusia, dengan para pendiri agama, bahkan dengan segala malaikat yang adalah ciptaan Allah di dalam dunia roh sekalipun. Malaikat adalah mahluk rohani murni, orang Yahudi bahkan memandangnya begitu dekat dengan Allah, tapi Kristus jauh lebih tinggi dari mereka, sebabnya tidak lain tidak bukan: Dia adalah Allah.
Allah berfirman, Engkau adalah Anak-Ku, hari ini Aku melahirkan Engkau. Yang dimaksud bukan hanya satu peristiwa terjadi di dalam sejarah, di mana seorang bayi yang bernama Yesus dilahirkan di dunia. Karena kelahiran ini adalah eternally generated. Seorang teolog di abad permulaan berkata: di dalam kekekalan, bahkan sebelum waktu dicipta, Allah melahirkan Kristus sebagai Anak yang dilahirkan oleh diri-Nya sendiri. Maka di dalam kekekalan Dia adalah substansi hidup itu menjadi sumber hidup, menciptakan hidup dan menghidupkan kita.
Kita tahu Allah Tritunggal adalah jaminan dan fondasi kita dalam berkomunikasi karena Allah yang satu substansi tapi tiga pribadi itu mengasihi satu dengan yang lain. Istilah hari ini Aku memperanakkan Engkau tidak bisa dimengerti sebagai satu hari di dalam sejarah, melainkan dimengerti sebagai eternal present. Lalu Allah berfirman, Aku akan menjadi Bapa-Mu dan kamu akan menjadi Anak-Ku. Pernyataan ini berkaitan dengan sejarah. Artinya secara kekekalan statusnya sudah ada tapi pelaksanaannya berlangsung di dalam sejarah sehingga kalimat itu menggunakan istilah menjadi yang berarti berlangsung di dalam proses.
Allah itu mutlak, adapun yang tidak mutlak, yang berada di dalam dunia relatif, di dalam proses tidak bisa disebut Allah. Inilah kesulitan orang Kristen dalam mempertahankan pendapat bahwa Dia yang mutlak telah datang ke dalam dunia yang sementara, yang kekal datang ke dalam dunia yang relatif. Pencipta masuk ke dalam dunia ciptaan. Karena pengertian seperti itu tidak terdapat di dalam agama-agama lain yang percaya pada kekekalan tapi kurang menghubungkan antara yang kekal dan yang sementara, sehingga ada agama yang mengajarkan bahwa kita bisa menuju ke kekekalan dengan usaha dan jasa diri seperti dengan ibadah, doa puasa, ziarah dan sebagainya. Tetapi Alkitab mengajarkan, Allahlah yang datang mencari manusia, bukan manusia yang mencari Allah. Itulah natal, inkarnasi.
Waktu Kristus masuk ke dalam sejarah, ada kalimat yang berbunyi, Aku akan menjadi Bapa-Mu dan Engkau akan menjadi Anak-Ku. Kalimat yang dikutip dari janji Allah kepada raja pertama yang diperkenan oleh Tuhan di dalam rencana-Nya—Daud. Karena bukan Saul melainkan Daud yang melambangkan Kristus. Saul adalah pilihan manusia. Mengapa manusia memilih dia? Karena Saul lebih tinggi satu kepala dari orang lain. Tetapi Tuhan memilih Daud yang paling kecil di antara ketujuh orang saudaranya.
Cara Tuhan selalu berlainan dengan cara manusia. Saul dipilih oleh manusia, karena mereka mengira dia besar, dia hebat, dia kuat, pasti dia bisa memerangi musuh. Tapi nyatanya, waktu Saul bertemu dengan Goliat yang lebih besar daripada dirinya, dia malah mengkeret. Karena yang besar bertemu dengan yang lebih besar akan merasa dirinya kecil. Tuhan berkata, Daud, majulah kamu. Apa yang bisa Daud megahkan di hadapan Goliat? Dia tidak memiliki senjata apapun, tapi jangan lupa, dia memiliki Tuhan. Maka katanya, hai orang kafir, beraninya kamu menghina Allahku! Hari ini Tuhan akan menjatuhkan kamu di bawahku. Itulah yang disebut iman. Goliat mengandalkan tubuh yang besar, perlengkapan senjata yang lengkap, tapi Daud, hanya dengan sebuah batu kecil yang dia ambil di sungai itu dia sanggup membunuh Goliat.
Tuhan berfirman kepada Daud, Aku akan menjadi Bapamu dan kamu akan menjadi Anak-Ku. Akhirnya janji yang satu ini dijadikan janji yang harus diucapkan saat pelantikan raja orang Yahudi, maka raja-raja dari generasi ke generasi di dalam tradisi orang Yahudi, agar setiap raja menyadari dirinya dilantik oleh Allah yang akan menjadi Bapa dan dirinya akan menjadi anak-Nya.
Tetapi sesungguhnya yang dimaksud Anak Allah bukanlah Daud, melainkan Kristus yang dilambangkan oleh Daud. Kita akan menggabungkan kedua hal tersebut: Allah di dalam kekekalan melahirkan Anak dari substansi-Nya dan pada waktu Anak itu datang ke dalam dunia, Dia sungguh-sungguh menjadi Raja diatas segala raja, menjadi Tuhan diatas yang dipertuan. Dia layak menerima kalimat I will be Your Father, and You be My Son. Dengan kata lain, di dalam proses kekekalan dan kesementaraan bisa terjalin koneksi karena adanya inkarnasi. Yesus yang adalah Allah menjadi manusia. Mungkin kau akan berkata, saya sulit mengerti hal ini. Doktrin Allah Tritunggal memang sulit dimengerti, karena itu bukan hanya berada di wilayah pengertian kognitif melainkan suatu kesadaran rohani. Jika Roh Kudus bekerja tidak perlu banyak penjelasan pun kau bisa menyadarinya. Itu sebabnya Paulus berkata, It is so great, far beyond our comprehension, far beyond our cognitive power. Allah menjadi manusia, mungkinkah hal ini terjadi? Mungkin! Dan hanya dimungkinkan oleh Allah sendiri karena Allah Maha Kuasa.
Allah Maha Kuasa, jangan dimengerti dengan Dia bisa melakukan segala sesuatu maka kita boleh menuntut Dia melayani kita seturut kemahakuasaan-Nya. Karena pengertian seperti itu secara tidak sadar telah menjerumuskan kita ke dalam konflik keagamaan, dimana kau memperbudak Allah untuk melayani ambisimu. Itu adalah kejatuhan agama yang sangat dahsyat.
Apakah Tuhan bisa menyembuhkan? Bisa. Apakah Tuhan akan menyembuhkan sesuai dengan ambisimu? Tidak. Mungkinkah hari ini Tuhan menghendaki kau mati? Mungkin saja. Mungkinkah Tuhan diubah, hanya karena keinginanmu untuk sembuh? Tidak. Tuhan adalah Tuhan, Dia bukan budak atau pesuruh. Justru karena Dia Maha Kuasa, itu berarti Dia juga berkuasa untuk tidak menyembuhkan kamu. Melainkan memakai penyakit itu untuk memukulmu dan menghajarmu. Dia yang Maha Kuasa bisa masuk ke dalam dunia yang terbatas, itu juga merupakan kemahakuasaan-Nya karena yang Maha Kuasa bisa saja memakai orang yang paling lemah untuk menyatakan kuasa-Nya.
Yesus turun ke dunia, Allah menjadi manusia, masuk ke dalam dunia relatif, perlu berkorban, yaitu dibatasi. Itu juga kemahakuasaan Tuhan. Kemahakuasaan Tuhan justru berbalikan arah dengan kita. Bagi kita, karena Allah Maha Kuasa, maka yang lemah menjadi kuat, sedangkan bagi Allah, karena Dia Maha Kuasa, maka Dia yang bertahta di surga justru datang ke dalam dunia. Itulah batu sandungan bagi mereka yang hanya mau melihat fenomena saja. Yesus lebih lagi, Dia adalah Allah tapi ketika menjadi manusia justru hanya dibungkus dengan kain lampin. Masakan Allah menjadi bayi, mengapa yang Maha Kuasa lahir di palungan, mengapa Dia yang bertahta di surga lahir di Betlehem? Semua ini memang tidak dimengerti. Dia sengaja memberi sandungan agar mereka yang hanya mau menyaksikan kemahakuasaan Allah justru tidak melihatnya. Yesus adalah bayi, sama seperti bayi pada umumnya. Lemah, tidak bisa membela diri, maka pada waktu Herodes mau membunuh anak-anak di bawah umur dua tahun, bayi yang satu ini harus dilarikan oleh ibunya dan Yusuf ke Mesir. Allah yang Maha Kuasa menjadi seperti ini? Ini adalah rahasia Allah.
Ibrani 1:6, tatkala Allah membawa Anaknya yang sulung ke dunia, Dia berkata, semua malaikat Allah harus menyembah Dia. Kalimat ini keluar dari mulut siapa? Mulut Allah sendiri. Meski Dia adalah bayi, semua malaikat harus menyembah Dia. Mengapa malaikat disuruh menyembah bayi? Sekarang, kita akan membahas doktrin penyembahan.
Perhatikan: Doktrin penyembahan yang ada di dalam kekristenan sangat penting, konsepnya sangat berbeda dengan doktrin penyembahan dari agama lain. Karena doktrin penyembahan di dalam kekristenan dibagi menjadi beberapa periode.
Yang disembah di dalam dunia roh. Siapakah Yesus? Raja yang disembah oleh para malaikat. Allah Bapa berfirman, let all the angels worship Him, itu adalah perintah Allah kepada mahluk rohaniah. Perhatikan: Karena perinah ini keluar dari mulut Allah, maka timbulah ketidakpuasan pada diri mereka yang tidak memahami qualitative difference. Itulah dosa pertama. Pada waktu menafsir Alkitab, banyak orang berkata, sombong adalah dosa pertama, padahal dosa utama adalah tidak mau menyerahkan kebebasan diri yang dicipta ke bawah Allah Pencipta. Karena akar dosa adalah the misuse of the freedom, disobedience to the Creator. Allah tidak mencipta setan, mengapa malaikat menjadi setan? Allah menciptakan malaikat yang berkapasitas moral, yang mempunyai kebebasan, bisa memilih taat perintah Allah atau menuruti kemauan dirinya sendiri. Maka pada waktu Allah memerintahkan, let all the angels of God worship Him, semua malaikat taat, hanya satu penghulu malaikat yang dicipta dengan kemuliaan yang besar (Yeh. 39) tidak mau taat, karena dia merasa dirinya cukup hebat. Dia lupa bahwa Yesus adalah Pencipta sedangkan dirinya hanyalah ciptaan. Lalu Allah Bapa memvonis dia, you have committed sin dan dia dicampakan. Di dalam bahasa Ibrani, istilah setan berarti perintang kehendak Allah. Jadi dia menjadi setan, karena dari kemauan dirinya sendiri dan juga karena vonis Allah. Mungkinkah Allah menjatuhkan vonis yang salah? Tidak mungkin. Jadi, di dunia ini ada Allah, juga ada setan. Allah mau memakai kau dan saya menjadi alat untuk menjalankan kehendak-Nya, setan mau memakai kau dan saya sebagai alat untuk merintangi kehendak Allah. Hanya ada dua kemungkinan ini.
Datang ke dalam dunia dalam bentuk manusia yang harus menyembah tetapi Dia tetap disembah. Tuhan berkata, sembah sujudlah kepada-Nya. Malaikat yang satu itu tidak mau, maka dia menjadi setan. Setelah menjadi setan, menurut John Milton, waktu Yesus menjadi manusia, setan mentertawakan Dia “aku roh, kamu manusia, kamulah yang harus menyembah aku” dibarengi dengan taktik yang tinggi. Kalau kamu menyembah aku satu kali saja, maka seluruh duniakuberikan kepadamu. Karena Yesus tidak mau menyembah setan maka satu-satunya jalan yang harus ditempuh adalah memikul salib, naik ke Golgota. Sekarang, kita hanya mau Injil diberitakan tapi tidak perlu memikul salib, kita mau menginjili dan tetap menjadi kawan baik. Itu tidak mungkin. Suatu hari nanti, penganiayaan yang hebat mungkin akan datang, kita harus bersiap.
Akhirnya Dia kembali ke dunia roh, menerima penyembahan dari dunia roh dan dunia manusia yang ditebus dan masuk ke dalam dunia roh. Di dalam kekekalan, Yesus tetap menerima penyembahan dari segala bangsa. Baca Wahyu 5:7-9. Tersungkur berarti menyembah ke depan, bukan terjatuh ke belakang. Memuji dan berdoa. Di bagian selanjutnya, kita menyaksikan kemuliaan, kehormatan, dan segalanya akan kembali kepada Anak-Nya yang tunggal, yang pernah disembelih. Mengapa harus menyembah Dia? Karena Dia pernah mati untuk menjalankan kehendak Allah.
Inilah doktrin penyembahan yang tidak terdapat di agama lain, karena semua itu dimulai dari Dia yang mau inkarnasi, mau datang ke dunia. Menjelang hari Natal, mari kita memperbaharui iman kita, mengingat bahwa Tuhan yang kita percaya adalah Tuhan yang begitu Maha Kuasa sekaligus begitu begitu merendahkan diri, rela masuk ke dalam dunia, menentang setan yang menentang Allah dengan begitu keras, akhirnya Dia menerima penyembahan tak henti-hentinya di dalam kekekalan.
Artikel sebelumnya:
Kesaksian Allah Tentang Anak Tunggal-Nya
Artikel selanjutnya:
Ciri Khas Pelayan Tuhan Yang Baik