Ibrani 1:13-14
Di dalam ay. 2-3, terdapat tujuh kalimat tentang Kristologi yang dihubungkan dengan tiga aspek:
- Kristus dan alam semesta. Dia adalah Pencipta segala sesuatu, Penopang segala sesuatu dan Pewaris yang sejak dulu telah ditetapkan untuk mewarisi segala sesuatu.
- Kristus dan Allah Bapa. Dia adalah cahaya kemuliaan Allah,
wujud esensi Allah yang konkret, jadi Dia adalah Pewahyu yang menyatakan Allah yang tidak nampak kepada manusia. - Kristus dan gereja. Dia menyucikan dosa manusia dan duduk di sebelah kanan Allah. Dia adalah sotir; Juruselamat bagi eklesia (gerejaNya).
Relasi ketiga inilah yang kembali dielaborasi di ay. 13-14. Maksudnya, Yesus bukan hanya kebenaran yang tersimpan di dalam segala lapisan dunia ciptaan, Dia juga Juruselamat gereja.
Dengan lain perkataan, kita perlu menggabungkan tugas penyelidikan yang disadari oleh orang Gerika dan pengertian iman yang disadari oleh orang Ibrani, agar kita bisa menjadi
yang tahu bersyukur kepadaNya. Selanjutnya penulis Ibrani membawa kita pada fase yang baru: menyadari bahwa Yesus melampaui segala malaikat yang Tuhan ciptakan. Katanya: coba pikirkan, adakah malaikat yang mendengar Allah berfirman kepadanya, duduklah di sebelah kananKu?
Kalimat pertama dalam pengakuan Imam Rasuli adalah berbicara tentang Pencipta, namun sampai pada kalimat Yesus duduk di sebelah kanan Allah, yang dia tegaskan adalah soal kuasa, artinya: kecuali Kristus, tak seorangpun boleh duduk di sebelah kanan Allah. Malaikat bahkan penghulu malaikatpun tidak bisa disetarakan denganNya. Karena nama Yesus adalah nama di atas segala nama (bandingkan Ef. 1 dan Kol. 1). Puji Tuhan!
Kapan Yesus diundang untuk duduk di sebelah kanan Allah? Setelah Dia mengalahkan kuasa iblis, setelah Dia mengecap kematian untuk menggantikan saudara dan saya. Jadi, ada urutan yang telah ditetapkan oleh Tuhan: jika Yesus tidak mati tak mungkin Dia bangkit. Yesus Kristus sudah menjadi contoh bagi segala zaman, meskipun Dia Anak Allah, Dia menerima hak istimewa, tidak mencari alasan mendapatkan kemuliaan dengan jalan pintas. Bumi dan segala isinya adalah milik Tuhan
(Mzm. 24:1).
Kalau semua orang adalah milik Tuhan, lalu apa bedanya orang Kristen? Orang yang tidak percaya milik Tuhan hanya dengan satu alasan: dicipta oleh-Nya. Maka kelak, mereka akan diadili dan dicampakkan ke dalam neraka, karena perbuatan dosa mereka harus dihukum. Sedangkan orang Kristen, dia menjadi milik Tuhan dengan dua alasan: dicipta oleh-Nya dan ditebus oleh-Nya. Aspek kedua itulah yang meluputkan dari hukuman kekal (Ibr. 9:27).
Yesus Kristus duduk di sebelah kanan Allah Bapa karena:
Dia pernah mempersembahkan diriNya sebagai korban kepada Tuhan. Yesus tidak sekedar mengatakan, Aku mengampuni dosamu, lalu dosa kitapun dibereskan, tapi Dia menjadi Juruselamat dengan mempersembahkan korban yang sah, yang diterima oleh Allah dengan hak yang resmi.
Inilah yang tidak terdapat di dalam ajaran agama manapun. Pendiri-pendiri agama mengajarkan hal yang baik, dengan harapan perbuatan baiknya bisa diterima oleh Tuhan tapi apakah yang mereka lakukan bagi kita? Yesus Kristus, selain mengajar kita berbuat baik, Dia sendiri mati disalibkan; mempersembahkan diriNya sebagai korban untuk menebus dosa kita. Mengapa Yesus patut disebut sebagai our source of Redeemer? Karena Dia telah mempersembahkan korban yang paling suci kepada Allah, Allah menerima persembahanNya dan memberi pengampunan bagi kita.
Alkitab mengajarkan kepada orang Israel, domba yang dipersembahkan sebagai korban harus berusia satu tahun, harus sehat, tidak boleh ada cacat pada seluruh tubuhnya. Dengan kata lain, Allah menuntut only give your best to the Lord, because He deserves the best. Mengapa harus domba yang berumur satu tahun? Karena ketika domba mencapai umur satu tahun, kondisi fisiknya paling fit dan paling sempurna.
Begitu juga Yesus, waktu Dia berusia tiga puluh tiga tahun setengah, waktu tubuhNya paling fit, Dia dipakukan di atas kayu salib. PersembahanNya diterima oleh Allah Bapa tentu bukan hanya karena tubuh jasmaniNya yang sudah sempurna, melainkan juga karena Dia adalah domba Allah yang tidak bercacat-cela baik secara mental, fisik, etika, personalitas maupun tingkah laku. Yusuf dan Daniel adalah dua pemuda, di mana Alkitab tidak mencatat akan cacat cela mereka.
Saya tidak mengatakan mereka tidak berdosa, yang saya katakan adalah Alkitab tidak mencatat cacat cela mereka, Tuhan pakai mereka untuk menyatakan bagaimana seorang pemuda yang bermoral tinggi, yang takut kepada Tuhan, yang bertubuh sehat mempersembahkan dirinya kepada Tuhan.
Persembahan Kristus diterima oleh Allah dengan satu bukti, duduk di sebelah kanan Allah.
Dia sendiri terjun ke medan perang dan mengalahkan setan. Waktu Yesus mengutus murid-muridNya pergi berdua-dua, Dia sendiri juga pergi berkhotbah. Itulah teladan yang Yesus berikan, Dia sendiri bergumul bahkan sampai ke atas kayu salib (Fil. 2:6-8), itu sebabnya Allah mendudukkan Dia di sebelah kananNya, memberi Dia kemuliaan yang lebih besar dari siapapun. Hidup kita adalah peperangan, peperangan iman dengan mereka yang tidak beriman, yang tidak berprinsip, yang tidak beretika, yang tidak berFirman.
Dia adalah Penguasa. Siapakah penguasa dunia? Saat seorang raja atau presiden bertahta, dia pasti mengira dirinya adalah penguasa, tetapi sebenarnya di balik mereka masih ada penguasa-penguasa lain: Pertama, penguasa yang menguasai mereka untuk sementara, yaitu setan. Kedua, Penguasa yang tertinggi: Allah. Dialah yang menetapkan kapan seseorang harus naik dan kapan dia harus turun tahta. Jadi, kuasa, kedudukan, kemuliaan, kehormatan yang ada di dalam tangan manusia hanyalah pinjaman saja. Penguasa berbeda dengan pemimpin, jiwa pemimpin adalah mencintai yang dipimpinnya, tapi jiwa penguasa adalah memerintah dan menguasai yang dikuasainya. Itulah sebabnya Allah berkata, Kristus adalah Pemimpin gereja, Penguasa alam.
Duduklah di sebelah kananKu, tunggu sampai Aku menjadikan musuh-musuhMu tumpuan kakiMu. Istilah “tunggu sampai” mengindikasikan belum. Banyak orang mau cepat-cepat berkuasa, cepat-cepat kaya, cepat-cepat sukses, tapi sebenarnya itu adalah jerat yang mematikanmu untuk selama-lamanya. Jika kuasa datang terlalu dini, orang akan bermain-main dengan kuasa. Jika kemuliaan, kehormatan datang terlalu dini, orang akan menjadi sombong, merebut kemuliaan Allah dan dipermalukan pada masa tuanya.
Jadi, apakah Yesus sudah menang? Sudah.
Apakah Dia sudah berperang? Sudah.
Apakah sudah mengalahkan iblis? Sudah.
Apakah musuhNya masih ada? Masih.
Sampai kapan? Sampai akhir zaman.
Apakah itu berarti kemenanganNya belum tuntas? Ditinjau dari kedudukanNya, kemenangan Kristus sudah mutlak dan tuntas, tapi secara realita, Allah masih memperbolehkan musuhNya menunggu sampai hari kiamat.
Susah bukan? Tapi inilah rahasia kerohanian. Allah tidak berkata, kau sudah menang, maka kau boleh masuk sorga, boleh beristirahat untuk selama-lamanya, tapi Dia berkata, kau harus tunggu sampai Aku membuat musuh-musuh menjadi tumpuan kakimu. Apa artinya? Kristus sudah menang, tapi gereja harus meneladani Kristus, harus berperang seperti Dia sampai the end of the world.
Dengan lain kata, belum saatnya untuk kita bernikmat-nikmat, kita masih perlu menunggu. Kerohanian menunggu ini sering tidak ditaati oleh orang Kristen. Kalau gereja sudah mempunyai visi, sudah mempunyai Roh Kudus, Firman, apa lagi yang masih dia perlukan? Menunggu sambil setiap hari berperang dengan setan, sampai kemenangan diberikan kepadanya.
Ketika Paulus dipanggil Tuhan, dia adalah seorang yang paling intelektual, paling pintar, bahkan sejak kecil sudah berada di bawah asuhan Gamaliel, profesor yang paling besar pada masa itu, apakah sesudah dipanggil dia bisa langsung melayani? Tidak. Dia harus ke padang belantara di Arab selama tiga setengah tahun. Inilah yang hilang dari pendidikan teologia masa kini. Musa memperoleh segala pengetahuan yang lengkap di Mesir, Tuhan berkata kepadanya, “Musa, Aku akan memakaimu sebagai hamba-Ku.” Dia pikir dirinya cukup hebat, maka dia membunuh orang Mesir untuk membela bangsa Israel. Tapi Tuhan berkata, “Tunggu!” Musa harus menunggu empat puluh tahun lamanya, selama itu dia hanya bergaul dengan kambing dan domba. Sampai dia berusia delapan puluh tahun, baru Tuhan berkata, “Sekarang Aku mau memakaimu.”
Saya sendiri mereasa heran, mengapa selama sepuluh tahun ini saya mau diikat terus oleh GRII, padahal ada begitu banyak tempat yang sangat membutuhkan pelayanan saya, baru pada tahun 2000 ini ke Singapura, Kuala Lumpur, Taipei. Mengapa begitu? Tuhan suruh saya menunggu.
Perkataan Lǎozǐ (老子): da qi wan cheng selalu diartikan salah: perkakas yang besar lambat jadinya. Padahal istilah wan cheng di dalam bahasa kuno berarti sepertinya tidak jadi. Memang banyak orang sukses yang sepertinya tidak sukses.
Yesus misalnya, waktu Dia disalibkan, mana kesuksesanNya? Dia belum mendirikan sekolah, partai Kristen, bahkan belum pernah menulis satu lagu Kristen atau satu jilid Injil. Sepertinya belum meraih sukses apapun, tapi ketika di atas kayu salib, Dia berkata, genaplah sudah rencana Tuhan.
Yesus berkata kepada murid-muridNya, pergilah ke seluruh dunia, kabarkan Injil, tetapi pesanNya, tunggu dulu di Yerusalem, sampai Roh Kudus turun. Mungkin ada orang berkata, justru karena tunggu itulah sampai sekarang saya belum bekerja. Itu namanya malas. Karena yang dimaksud tunggu di sini adalah sesuatu yang paradoks: harus tunggu tapi juga harus cepat, harus rajin tapi juga harus menahan diri.
Sungguh tidak mudah tapi Paulus menunggu, Musa menunggu, Daud menunggu: Samuel mengurapinya menjadi raja tapi dia masih harus menunggu, menunggu sampai Saul mati barulah dia menjadi raja. Begitu juga dengan Elisa, Tuhan memanggil Elisa untuk meneruskan pelayanan Elia, tapi selama Elia masih ada, dia tidak melakukan apapun, hanya menuangkan air sebagai pelayan Elia. Sampai Elia pergi, baru dia dipakai oleh Tuhan secara luar biasa. Selama masa penantiannya, dia hanya minta satu hal: kalau Elia sudah pergi, kiranya kuasa Roh Kudus yang double diberikan kepadaku.
Alkitab membuktikan, Elia melakukan tujuh kali mujizat, Elisa melakukan empat belas kali mujizat. Elia membangkitkan seorang anak, Elisa juga membangkitkan seorang anak pada masa hidupnya dan setelah dia mati dia membangkitkan satu orang lagi. Yaitu ketika para pengusung mayat melempar mayat yang diusungnya karena ketakutan, mayat itu mengena pada tulang Elisa dan bangkitlah dia.
Allah berfirman, tunggu sampai apa yang harus ditunggu? Tunggu musuhMu menjadi tumpuan kakiMu. Artinya, tunggu gereja berperang dengan memakai prinsip Kristus, dengan mencontoh teladanNya. Jadi, apa yang perlu Yesus tunggu? Hari kemenangan gereja, di mana Kristus datang kembali dan musuhpun akan menjadi tumpuan kakiNya; Kristus akan menginjak di atas mayatnya untuk menyatakan kemenanganNya.
Biarlah pada saat menunggu, kita belajar bagaimana berperang, bagaimana taat seperti Yesus Kristus yang mempersembahkan korban yang berperang, yang berkuasa sesuai dengan kehendak Tuhan. Yesus duduk di sebelah kanan Allah Bapa. Namun Alkitab pernah satu kali mencatat: Dia berdiri di sebelah kanan Allah. Kapan hal itu terjadi? Setelah Stephanus dirajam batu dan sebelum dia mati, dia menyaksikan hal itu.
Mengapa saat itu Yesus berdiri? Bukan karena Dia sudah lelah duduk, melainkan karena Dia menghargai orang yang melayani Dia dengan setia, rela dianiaya sampai mati tapi tidak mau kompromi.
Puji Tuhan! Tuhan menghargai mereka yang menghargai Tuhan.
Memang Tuhan tidak perlu memberi hormat kepada manusia, tidak perlu menghargai manusia, tapi Yesus berkata, barangsiapa melayani BapaKu, dia dihormati oleh BapaKu dan Aku juga menghormatinya.
(Ringkasan khotbah ini belum dikoreksi oleh Pengkhotbah, W.H.)
Artikel sebelumnya:
Relasi Antara Kristus Dengan Alam Semesta