Ibrani 1:4-6
Di dalam pendahuluan pembahasan tengan Kristus lebih tinggi dari malaikat terdapat istilah “jauh lebih,” mengindikasikan bahwa perbedaan antara Kristus dan malaikat bukan sekedarperbedaan kuantitatif melainkan perbedaan kualitatif. Perbedaan yang mutlak, yang melampaui kemungkinan manusia mengutarakannya melalui literatur maupun bahasa.
Alkitab mengatakan, sebagaimana langit lebih tinggi daripada bumi, begitu juga kehendakKu lebih tinggi daripada kehendakMu. JalanKu lebih tinggi daripada jalanmu. Istilah langit bumi memberitahukan kepada kita bahwa langit bumi adalah berbeda secara kualitas, tidak ada koneksi yang memungkinkan manusia mencapainya melalui inisiatif, daya, pikirannya yang dicipta dan terbatas.
Seorang filsuf Denmark di abad ke-19 melalui ayat yang membedakan langit dan bumi berbicara tentang tiga jenis perbedaan secara kualitatif: qualitative difference between God and man, qualitative difference between God and man, qualitative difference between heaven and earth, qualitative difference between time and eternity. Hal-hal yang ada di dalam kekekalan tidak mudah kita mengerti, jangan menafsirkan Allah yang bersemayan di tempat yang tertinggi, yang tidak terbatas itu dengan otak kita yang terbatas. Karena di antara kita dan Allah terdapat qualitative difference. Demikian juga hidup kita yang sementara berbeda dengan kekekalan yang tidak terbatas.
Kekekalan not the unceasing extension of the measurable time. Kekekalan adalah kekekalan. Kalau kita memahami perbedaan kualitas dengan kunci ini, kita tidak akan terjepit di dalam kesulitan saat rasio kita tidak mampu mengerti Alkitab dan dalam banyak hal kita harus mengakui bahwa diri kita terbatas adanya.
Setiap orang yang merasa dirinya telah mengenal Yesus sebenarnya masih jauh dari apa yang Tuhan ingin beritahukan kepadanya. Inilah kelebihan dari epistemologi Kristen. Yang dimaksud dengan epistemologi adalah pengetahuan tentang cara terbaik untuk membuktikan pengetahuan yang mutlak dan yang absah, maka epistemologi bisa juga diterjemahkan menjadi ilmu pengetahuan tentang pengetahuan.
Ada beberapa tokoh penting dalam sejarah yang pernah mengucapkan kata-kata yang bersifat representatif tentang epistemologi: pertama, Socrates, katanya, aku tidak tahu apa-apa, kecuali satu hal aku tahu aku tidak tahu apa-apa. Kedua, Confucius dari Timur mengatakan kalimat yang mirip: kalau tahu, katakanlah tahu, kalau tidak tahu, katakanlah tidak tahu. Itulah awal dari tahu. Tetapi Alkitab berkata, barangsiapa merasa dirinya tahu, menurut apa yang seharusnya dia ketahui, dia masih belum tahu, artinya ada sesuatu yang tidak terdapat di dalam sistem pemikiran Socrates dan Confucius, yaitu Tuhan memberi wahyu, agar kita tahu. Itu sebabnya kalau kita menggunakan epistemologi dari semua sistem filsafat yang ada di dunia untuk menangani pengertian kita tentang Kristus, sebenarnya sangatlah terbatas. Kita perlu kembali kepada Tuhan dan menaklukan rasio yang dicipta oleh Tuhan ke bawah Tuhan dengan berkata, “Aku membutuhkan pengetahuan yang Kau janjikan.” Saat itulah baru terjadi kemajuan epistemologi rohani.
Malaikat-malaikat yang dipandang begitu tinggi oleh orang Israel adalah mahluk yang mengabdi di tempat yang paling dekat dengan takhtaNya, yang dicipta sebagai pure spiritual being with the greatest power besides God Himself. Tetapi Allah berkata, Yesus jauh lebih tinggi daripada mereka.
Kalau begitu, siapa sebenarnya Yesus yang kita percaya? Jesus from Bethlehem to Calvary is only historical Jesus, padahal Dia melebihi malaikat, melebihi semua spiritual being, semua eksistensi dicipta yang berada di luar Allah.
Sesudah pernyataan Yesus jauh lebih tinggi daripada malaikat, penulis Ibrani mengutip tujuh bagian dari P.L. untuk menyatakan keagungan Kristus. Mengapa penulis Ibrani bisa menemukan ayat-ayat P.L. yang mempunyai sangkut-paut dengan Kristologi dan mengapa orang-orang Yahudi yang menamakan diri ahli Taurat tidak menemukannya?
Terlihat di sini, banyak orang menganggap dirinya sudah membaca, menghafal, mengetahui Kitab Suci, tapi sebenarnya tidak pernah mengerti intisariyang ada di dalamnya. Mengapa bisa begitu? Karena mereka telah mengganti Allah dengan harafiah, mengganti kewajiban di hadapan Tuhan dengan jasa-jasa keagamaan. Penulis Ibrani mengkristalisasikan pengertian yang berkaitkan dengan Kristus. Artinya, dia telah menemukan kehendak Allah, makna yang lebih dari sekedar harafiah. Penulis Ibrani mengatakan, siapakah di antara malaikat yang kepadanya Allah pernah berkata. Berkata tentang apa? Menyaksikan satu Oknum. Di sini penulis Ibrani mengalihkan seluruh konsentrasi untuk mendengar kesaksian Allah tentang Yesus Kristus.
Baca I Yoh. 5:9. Terjemahan yang lebih mudah dimengerti: Jika kita bisa menerima kesaksian yang berasal dari manusia, kita perlu tahu bahwa kesaksian Allah lebih harus kita terima, karena kesaksian Allah lebih besar daripada kesaksian manusia. Apalagi kesaksian Allah tentang Anak tunggalNya. Jadi, mengenal Kristus bukan dari para filsuf atau komentator dunia, melainkan dari apa yang Bapa katakan tentang Dia.
Allah bersaksi bagi AnakNya. Kalimat ini muncul secara samar-samar di P.L., baru setelah itu menjadi jelas di P.B. Itulah yang disebut progressive revolution. P.L. hampir tidak muncul istilah Allah mempunyai Anak. Sampai hari ini orang Islam masih berpegang pada prinsip bahwa Allah tidak mungkin dilahirkan dan juga tidak melahirkan. Karena konsep ini begitu kukuh di dalam pemikiran orang Islam, maka mereka bagaimanapun juga tidak bisa menerima ajaran Allah Tritunggal, Yesus adalah Anak Allah.
Konsep ini juga yang memisahkan agama Kristen dan agama Islam lebih dari 1500 tahun. Namun benarkah di P.L. tidak terdapat konsep Anak? Allah sendiri mengatakan, Aku akan menjadi BapaNya, Dia akan menjadi AnakKu. Kalimat seperti itu paling sedikit muncul dua, tiga kali. Selain itu, pernyataan hari ini Aku melahirkan Engkau, Engkau adalah AnakKu muncul satu kali di P.L. Lalu di Amsal: Yang menciptakan ini dan itu adalah Allah. Tahukah kau akan namaNya dan tahukan kau akan nama AnakNya? Artinya di P.L. Tersimpan konsep tentang Allah Anak bukan hanya satu kali. Sedangkan istilah anak-anak Allah, the children of God, son of God, digunakan di P.L. untuk berbicara tentang malaikat, bentuknya jamak, tapi istilah untuk You are My Son, today I beget you, today I give birth to You adalah dalam bentuk tunggal. Ayat ini berasal dari mana? Mazmur 2:7.
Perhatikan di dalam ayat ini terdapat dua “Ku.” Yang pertama adalah Ku yang menytakan diriNya pernah menerima kesaksian dari Ku yang adalah BapaNya. Inilah satu-satunya agam dan satu-satunya kebudayaan di dalam sejarah manusia di mana the first person declares Himself as a revelation to man. Waktu Yahweh memanggil, Musa, tanggalkanlah kasutmu, karena kau berdiri di tempat yang suci. Kemudian ada suara yang berkata, Aku akan mengirim kau melepaskan seluruh umatKu dari cengkeraman tangan Firaun dan keluar dari Mesir. Ini bukan hal yang mudah. Karena pertama, Musa adalah orang Israel, Firaun adalah orang Mesir. Kedua, Musa pernah membunuh orang Mesir, dan ini telah menjadi kebencian di mata Firaun.
Tetapi Musa tidak lupa bertanya: Siapa NamaMu? Agar bangsa Israel mengetahui yang mengutus aku adalah Allah yang mana. Untuk membedakan Allah yang sejati dari ilah-ilah lain, maka Alkitab menggunakan sebutan Allah Abraham, Ishak dan Yakub. Karena Allah Abraham berbeda kualitas dengan allah-allah lain, allah yang disembah orang lain berbentuk patung, sedangkan Allah yang Abraham percaya adalah Allah yang tidak nampak, bukan buatan tangan manusia, yang hidup dan sejati, yang tertinggi dan Esa, sifat-sifat Allah yang tidak dikenal oleh agama pada waktu itu.
Kedua, Allah Abraham menuntut manusia memberikan reaksi iman kepadaNya. Hanya melalui iman, Abraham diperkenan dan dibenarkan oleh Allah, maka orang Israel berkata, kami adalah keturunan Abraham, Abraham adalah bapa kami. Tetapi Paulus berkata, tidak, waktu Abraham diperkenan Allah adalah 430 tahun sebelum Musa diberikan Taurat oleh Allah. Pernyataan God of Abraham is the true God, He demands the reaction from man to Him by faith, not by deed, not by obeying commandment, mengagetkan semua orang.
Musa yang kemudian menerima Taurat itu bertanya, What is Your name? When Israel people ask me who send you, how can I answer them? Jawab Allah, I am that I am.
Sebutan yang menggunakan am sampai dua kali, artinya, He is ever present which transcends the process of time. Karena biasanya kita berkata, I was a boy, I am a man, and I will die artinya I am adalah suatu proses, tapi Dia tidak berada di dalam proses waktu. Karena He transcends time, lebih tinggi dari seluruh sejarah, Dia adalah Allah yang kekal. Waktu Yesus di dunia, Dia juga berkata, I am, karena Dia memang Allah. Dia jauh lebih tinggi dari segala malaikat.
Pada waktu orang Yahudi mendengar pernyataan I am keluar dari mulut Yesus, mereka berkata, orang yang berdaging ini berani mengaku diriNya adalah Allah, mari kita rajam Dia dengan batu agar dia mati. Tapi itulah rahasi ibadah yang disebut-sebut oleh Paulus di surat Timotius: Allah menjadi manusia.
Yesus tahu, hidupNya adalah klimaks dari wahyu Allah kepada umat manusia, maka Dia berani mengatakan, kau melihat Aku, sebenarnya Kau bukan melihat Aku melainkan melihat Allah yang mengutus Aku.
Penulis Ibrani mengatakan: kepada malaikat yang mana Allah bersaksi tentang Dia. Engkau adalah AnakKu, hari ini Aku melahirkan Engkau? Istilah hari ini bukan 24 jam atau salah satu periode waktu di dalam rotasi tata surya. Menurut seorang teolog, yang dimaksud dengan hari ini adalah eternal generation. Kalau kau memfoto matahari terbit, kau menuliskan pernyataan the sun rises from the east dalam bentuk present tense. Padahal foto itu diambil tiga tahun yang lalu, mengapa kau tidak menuliskan the sun rose up from the east, melainkan the sun rises from the east. Karena terbitnya matahari berlangsung secara terus menerus. Itu disebut kekekalan yang abadi. You are My Son, I beget You today adalah kekal.
Sama seperti perumpamaan yang pernah saya lontarkan: kalau saya naik pesawat terbang dari Semarang ke Singapura, di tengah-tengah perjalanan, pilot mengatakan, saudara-saudara, Semarang sudah lewat, Singapura belum tiba, sekarang kita berada di atas kota Jakarta. Saat itu kau akan menyetujui apa yang pilot katakan, tapi apakah orang-orang di Semarang bisa menerima hal ini? Tentu tidak. Karena ini merupakan suatu relativitas, orang yang berada di dalam proses mengerti apa yang dimaksud sudah, sedang, dan belum. Sedangkan mereka yang tidak berada di dalam proses tidak memperdulikan hal itu.
Sekarang, kita mengenal Kristus yang seperti apa, yang dulu pernah lahir lalu kelak akan menjadi tua? Tidak. Yesus hanya pernah muncul sessat di dalam proses, di dalam kekekalan Yesus adalah Anak Allah, kepadaNya Allah berfirman: You are my Son, today I give birth to You. Kalimat itu mempunyai dua makna yang dalam:
- The quality of life, the essence of life of God.
- Bagi diri Allah, hidup yang membuat Kristus lahir hari ini adalah suatu tindakan kekekalan di mana Dia mempunyai substansi hidup yang sama dengan Allah. Dan bagi dunia yang dicipta, Allah adalah Pemberi hidup.
Allah bersubtansi hidup, mempunyai rahasia hidup, sumber hidup. Dan hidup yang paling ajaib adalah hidup di dalam Allah Tritunggal: Allah Bapa, Allah Putra, Allah Roh Kudus. Tiga pribadi, ketiganya saling mengasihi untuk menjamin bahwa Dia adalah Allah yang sejati, juga boleh menjadi teladan bagi kita dalam bermasyarakat.
(Ringkasan khotbah ini belum dikoreksi oleh Pengkhotbah, W.H.)
Artikel sebelumnya:
Perbedaan Yesus Kristus Dengan Malaikat
Artikel selanjutnya:
Yesus Adalah Allah Yang Menjadi Manusia